Home

 
 
Sabtu, 10 Oktober 2009

Pembunuh Berantai Divonis 10 Tahun

BLITAR Pengadilan Negeri Blitar akhirnya memvonis Sukmawan Wicaksono, warga Jl. Aru, Kelurahan Karang Tengah,Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, dengan hukuman penjara 10 tahun.



Pemuda berumur 17tahun itu, terbukti terlibat dalam pembunuhanterhadap dua siswa SMAK Diponegoro, Blitar, yakni Rajid (16), warga Jl JatiKelurahan Jatituri Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, dan Yosi (16), wargaKelurahan Tlogo, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar.



Sidang pembacaan vonis terhadap komplotan pembunuhanberantai itu, dipimpin Majelis Hakim diketuai Heri Sukemi SH, beranggotakan EdiJunaidi SH dan Sigit Pangudianto SH. Sukmawan nampak tegar mendengarkan vonisdari Majelis Hakim. Kendati demikian, dengan mengenakan baju muslim putihvariasi border coklat, Sukmawan terlihatbeberapa kali membetulkan peci hitam.



Sekadardiketahui, Sukmawan merupakan satu dari tiga komplotan pembunuh Rajid dan Yosi.Terdakwa Sukmawan ditangkap polisi, pada 13 Maret 2007 di Perum Griya ArsandiNo 4 Badung Bali, rumah milik salah satu kerabatnya. Sementara otak darikomplotan ini, Wikan Adi Kusumo (22), warga Jl Kemuning Kelurahan PlosokerepKecamatan Kepanjen Kidul, dan Agus Yulianto (24), warga Kelurahan Karangtengah,Kecamatan Sananwetan, berkas keduanya baru dilimpahkan kejaksaan ke pengadilannegeri dalam minggu ini.



Terungkapnyakasus Wikan Cs, berawal penemuan jenazah Rajid di pantai Tambak Rejo KecamatanWonotirto 11 Pebruari 2007 lalu. Penemuan jenazah itu, kemudian menjadi jalanbagi polisi guna mengungkap kasus pembunuhan terhadap Yosi sekitar Juli 2006lalu. Akhirnya diperoleh pengakuan, jenazah Yosi dikubur di daerah hutan Jurang Gandul Desa Gondang Legi,Kecamatan Sutojayan. Motif pembunuhan ini, hanya ingin mendapatkan uang, dengan merampas barangberharga milik korban dan meminta uang tebusan kepada keluarganya.



Untuk memvonisSukmawan bersalah atau tidak, Majelis Hakim sudah mendengar keterangan 8 saksi, dan memeriksa alatbukti berupa mobil Isuzu Panther, pisau, cangkul, baju dan seragam sekolah.Sedangkan beberapa hal yang memberatkan terdakwa Sukmawan, perbuatannya telah meresahkan masyarakat. Terdakwa menghilangkanharapan orang tua, dan perbuatannya tergolong kejam tidak manusiawi.



Kemudian, perbuatantersebut tidak sepantasnya dilakukan seorang anak yang statusnya masih pelajar.Sementara untuk hal yang meringankan terdakwa Sukmawan, Majalis Hakim menilai tidakada.Dengan pertimbangan UU No 3/1997 tentang Peradilan Anak Pasal 26, apabilaanak terbukti melanggar pidana dengan hukuman seumur hidup atau mati palinglama diputuskan 10 tahun, ungkap KetuaMajelis Hakim Heri Sukemi SH pada saat persidangan, kemarin.



Putusan MajelisHakim sesuai dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Hari Suwignyo kepadaterdakwa. Sukmawan didakwa pasal 340 KUHP dengan ancaman hukuman 10 tahun dansubsider pasal 338 KUHP. Sukmawan langsung tertunduk setelah vonisdibacakan. Pada saat sidang berlangsung,Ninik, ibu korban Rajid, ikut hadir. Ia bersama keluarga duduk di bangku pengunjung.



Raut muka Ninikbasah karena sejak awal dan akhir sidang yang berlangsung sekitar 1 jam, ia menangis terus menerus. Tangisnya semakinmenjadi ketika hakim membacakan kronologis pembunuhan terhadap putranya, yangdicekik dengan tali karet hitam hingga lidahnya terjulur. Kemudian ditusuk,serta dikubur di areal pantai Tambak Rejo Kecamatan Wonotirto 24 Januari 2007lalu.Saya tidak puas dengan hukuman itu. Ia harus dihukum mati, ungkap Niniksambil terisak seusai sidang.

Kuasa hukumterdakwa Sukmawan, Agam Suryantoro SH, menyatakan banding atas putusan hakim.Hal itu disebabkan pertimbangan hakim seolah-olah Sukmawan adalah aktor utamadalam peristiwa pembunuhan ini. Meskipun vonis hakim 10 tahun sesuai dengantargetnya, namun pertimbangan hakim dalam memutus perkara yang harus dibenahi. Padahaljelas, apa yang dikerjakan selalu atas persetujuan Wikan. Kami akan mengajukanbanding, kata Agam ditemui wartawan.(edipurwanto/Sindo/sjn)
Jumat, 09 Oktober 2009

POTRET ANAK NUSANTARA

Sahabat.....

Kalau kemarin aku geram, galau dan gundah. Kalau rasa sendu, risau, biru kelabu meliliti qalbu adalah sebuah pertanda pedulianku akan sekitarku adalah sebuah ungkapan setelah lama terperam dan terpendam.

Rasulullah bersabda: ‘Iman itu ada kalanya naik turun', kadang menipis, setipis sutra dewangga, kadang kuat dan kokoh sekokoh bendungan Aswan, ‘Up and down' orang Inggris berungkap. 'Tapi iman itu...'katanya lagi..' ada disini', lalu beliau menunjukan jarinya kearah hati. ‘Setiap gerak dan detak hati menjadi perhitungan'.

Sahabat...biarkan aku hanyut dan larut dengan kegundahanku. Biarkan aku mengkritisi, menghujah atau mencemooh. Biarkan sesaat aku merengut, cemberut dan menggurutu.

Biarkan pula aku bersimbah air mata, hingga air mata itu mengering dan terevaporasi sendiri, seperti pada oretanku tentang potret bangsaku, kemarin.

Ber-Uzlah

Lalu aku berfikir... kenapa aku bersusah dan bergundah, kenapa aku harus risau dan galau memikirkan kemelut yang terjadi dinegeriku?

Bukankah lebih baik kalau aku duduk bersimpuh, merengkuh dan memelas kasih dan hiba kepada sang Khaliq, melulu ‘tuk diriku. Menghitung lafadz dzikir dengan ruas ruas jemariku atau menelusuri butir biji tasbih mengucap ratusan bahkan ribuan alhamdah, tahmid & takbir serta wirid dan doa.

Atau lewatkan menit dan jamku ber-Ruku dan berlutut ratusan rakaat. Lewatkan malam sunyi hening berMunajah hingga diujung malam. Atau habiskan musyaf mushaf menghattam, hingga semburat jingga fajar tiba, mengharap barakah... seperti halnya Ra'biah el Adawiah beribadah dan ber-uzlah.

Lalu kututup rapat genderang telingaku akan jerit rintih yatim & janda. Rintih bocah miskin papa di ibukota dan dikota besar lainnya yang tinggal ditepi selokan, dipinggiran rel kereta atau dikolong jembatan atau dibarak barak rumah tinggal sementara.

Anak anak di ibukota

Tak pelak untuk menghilangkan rasa perih laparnya, mereka, bocah bocah terpaksa berdiri disetiap lampu merah, menengadah, tubuh dan wajahnya kusam dan buram bermandikan terik mentari, debu serta desingan bisingnya mesin motor. Diantara ojeg, bajaj, kopaja, angkot , taksi, Volvo, Babybenz , BMW dan bahkan Rolls Royce. Disitulah mereka, disimpangan jalan antara Kuningan,Pancoran-Pasar Minggu, Petamburan-Palmerah, Tanah Abang, hingga tak ada rasa takut tertumbur. Sementara polantas tak lagi menghardik mereka, melulu terarah pada pelanggar sambil berpikir dua atau tiga pekan kedepan yang haris mereka lalui.

Anak anak Nusantara telah tertempa oleh kondisi yang keras dan beringas, terhimpit oleh kemiskinan, sementara orang tua terjerat oleh hutang atau hutang budi kepada tetangga dan kerabat, harapan masa depan mereka terampas. Hari ini adalah ‘kini'.

Atau bocah laki-laki berpeci taqwa nenteng kotak amal di lorong lorong pasar, menjegat setiap pembelanja, memelas welas asih dengan suara lirih. Lalu kutanya:' siapa yang pegang kunci kotak ini?' ''pak ustad atau kiyai di panti bu'. Atau mereka berkerumun ditumpukan belukar, mencari sisa makanan bersamaa kucing, anjing dan unggas...

Bukankah seharusnya mereka berada disekolah, dibangku, mengais ilmu. Atau bermain bola, main gundu atau berenang atau main sembunyi. Bukankah mereka berhak mendapatkan pendidikan dan pelajaran dan perlindungan ??? Bukankah undang undang menjamin mereka untuk dicerdaskan?

Oh tidak...masa kanak kanak mereka terenggut, terampas & terhempas. Bahkan banyak diantara mereka yang terusir, kehilangan segalanya. Adakah terfikir oleh anak bangsa dimasa duapuluh tahun mendatang? Generasi bebalkah yang sedang diciptakan?Generasi premankah yang sedang kita siapkan ?

Apa yang sudah kita perbuat

Tapi sahabat ...ku ta'kan hanyut dan larut dengan simbah air mata yang ‘kan bermuara pada keputus-asaan atau kesia-sia-an, nil. Desah dan keluh kesahku telah ter-uapkan, galau dan gundahpun terlepaskan.

Memang aku sempat merunduk sendu,... itu kemarin. Kini telah sirna dan sebersit sinar ceria telah menguakkan pekatnya awan, menyeruak dan menyembul dibalik kelamnya awan kegalauan.

Tak guna kalau kita hanya mahir menghujjah, mengeluh, mendamprat pada sebuah sistem yang telah diciptapaten selama tigapuluhdua tahun, hingga sistem itu telah tertanam dalam dan membumi dikomunitas umum hingga moto:‘Dosa ini kita tanggung rame rame, masuk neraka sama sama' bahkan dilegalkan, dan tidak pernah sendiri, saling terkait dan mengait hingga kini menjadi sebuah budaya dan opium.

Jangan merindukan dan mimpi akan terlahir dan hadir generasi handal dimasa lima belas atau duapuluh tahun mendatang?

Lalu Apa?

Lalu...aku bersama temanku berdiri ditepian dermaga sebuah pelabuhan. Nampak biduk besar kecil terhampar berjejer tengah bersauh, mengisi muatan. Dengan rasa malu penuh nekad kami menaiki tangga tangga biduk mengetuk pintu, kutemui kapten dan amier lalu kukatakan bahwa dinegeri kami tengah terjadi sebuah kemelut. Ku mengundang untuk berempati, ‘tuk sudi kiranya lewat dan melawat dan menyisihkan sebagian muatannya untuk saudara kami yang terdzalimi.

‘Afwan ukhti..negerimu terlalu jauh, berita kemelut dinegerimu tak kami dengar dimedia' aku terpaku sendu, kutelan air liurku. Pahit sekali. Kami ditepis. Masih belum putus harap, kuketuk lagi biduk raksasa lainnya. Sama. Oh bahkan mereka berseloroh...'hah bagaimana mungkin... negerimu kaya dan subur bak sepenggal syurga, mana mungkin mereka lapar dan terdampar, mana saudara seiman dinegerimu ?' Leherku terjerat, aku kehabisan oksigen.

Kuadukan rasa kecewaku pada sang al-Mulk, ‘ Ya Rabb tolonglah kami, mudahkan urusan kami. Bukankah janjiMu ‘Bahwa bila kami menolong orang maka engkau akan menolong kami, aku dan kami tak kuasa' Aku terseok seok berjalan mengetuk setiap pemilik hati yang punya peduli. Juga tetap kucoba mengetuk nurani saudaraku yang sama sama bershahadah, sama... ditepis: 'Itu bukan kewajiban kita, kerusakan itu teramat besar, mustahil, tidak mungkin!'

Kami tetap bersikeras.

Kesaksianku akan wajah wajah was-was melas penuh hiba yang telah terampas izzahnya, atau ibu ibu janda berwajah sembab dengan bulir-bulir air mata selalu menggenang ditiap sudut mata mereka, ada kepiluan nan perih yang tercuat.Yang kian membias pada benakku, hingga melahirkan sebuah tekad.

Tak ada pilihan maka biduk kecil telah kami buat bermodalkan kebesaran hati, beralaskan tauhid, kayu kayu kita susun direkat dengan ukhuwah fillah, palu determenasi kita dentamkan pada sahabat yang tak mengenal batas baik usia, warna, bangsa..., kami usung kemelut ini sebagai masalah umat dan bahkan biduk itu telah kami luncurkan dibahari yang luas dan lepas tak kenal tepi. Biduk ini... kini tengah menyauk dan mengais ikan besar dan kecil, pukatpun telah kami lemparkan, jejaring kian kami lebar luaskan sejauh kami mampu.

Lalu kami sebrangkan ke gugusan pulau Nusantara hingga anak anak kami bisa kembali memegang pensilnya, menenteng tas rakzak bergambar teli tobi atau Power Ranger. Mengembalikan haknya sebagai insan, mengembalikan izzahnya sebagai Muslim, hingga was-was dan trauma itu terkikis pada kisi kisi hati mereka, pelan kelakon tapi pasti.

Kendala dan karang tajam dan aral yang merintang tak terelakan, datang bertubi, namun kami lalui kendati kami kami hampir karam terhempas kandas. Kami menyadari ini.Kami tetap berantisipasi, besok lusa mungkin akan lebih dahsyat. Expect for the worse. Karena memang demikian jalan menuju ridho Allah tidak lepas dari rintang dan kalungan duri dan ranjau. Sedang kalungan mawar kami harapkan dihari pembalasan kelak. Bagaimana dengan anda? Sudahkan membuat biduk atau wagon?

"Demi masa....demi waktu yang tersiksa".

Buat pujanggaku disudut alam maya.
Sabtu, 03 Oktober 2009

BWF World Ranking Top 100 Peringkat Atlit Indonesia per 10 September 2009

Bulutangkis.com – BWF secara rutin mengeluarkan informasi peringkat atlit-atlit yang mengikuti kejuaraan dalam kalender BWF. Sebelum berlangsung Li Ning China Master 2009 pada minggu ini BWF telah mengeluarkan peringkat atlit-atlit pada 3 September lalu. BWF menjanjikan bahwa info ranking selanjutnya setelah berakhir kejuaraan Yonex Japan yang akan berlangsung minggu depan.

Pada tunggal putra seperti pada posisi tanggal 3 September 2009 hanya dua atlit yang bercokol pada sepuluh besar yaitu Taufik Hidaya (4) dan Sony Dwi Kuncoro (6). Sementara pada tunggal putri prestasi atlit Indonesia masih belum menggembirakan dan ini terlihat pada peraihan poin dimana tidak satupun atlit putri Indonesia yang masuk sepuluh besar. Pia Zebadiah yang tidak lagi berkiprah di tunggal putri malah peringkatnya naik satu tingkat ke posisi 53.

Pada ganda putra seperti minggu lalu Indonesia masih mewakilkan atlitnya pada sepuluh besar yaitu Markis Kido/ Hendra Setiawan (1), Alvent Yulianto Chandra/ Hendra Aprida Gunawan (8) dan Ahsan Mohammad/ Bona Septano (10). Ahsan Mohammad/ Bona Septano sebelumnya berada di peringkat 10.

Sementara di nomor ganda putri dua wakil Indonesia masih menempati posisi sepuluh besar yaitu Shendy Puspa Irawati/ Meiliana Jauhari (9) dan Greysia Polii/ Nitya Krishinda Maheswari (10). Dua atlit ganda putri Indonesia yang melorot posisinya Lita Nurlita/Endang Nursugianti dari 76 ke 78 ke adalah dan Vita Marissa/ Mona Santoso dari 82 ke 85. Satu ganda putri Indonesia yang meraih peningkatan cukup baik dari beberapa turnamen yang diikuti adalah Dewi Komala/ Keshya Nurvita Hanadia melonjak ke peringkat 69 dari 86.

Di ganda campuran Indonesia hanya memiliki satu atlit yang bercokol di sepuluh besar yaitu Nova Widianto/Liliyana Natsir. Pasangan Devin Lahardi Fitriawan/ Lita Nurlita hanya berada di posisi 17 dan Hendra Aprida Gunawan/ Vita Marissa pada posisi 25.

Ketidak hadiran atlit-atlit Indonesia pada Li Ning China Masters 2009 yang sedang berlangsung saat ini diperkirakan akan mempengaruhi peringkatnya. Indonesia memastikan baru mengikuti kejuaraan internasional pada saat Yonex Japan pada minggu depan. (Contribute by: Fildzah Adhania)

Berikut peringkat atlit Indonesia yang berdasarkan peringkat BWF,

Tunggal Putra
4. Taufik Hidayat
6. Sony Dwi Kuncoro
16. Simon Santoso
18. Andre Kurniawan Tedjono
42. Dionysius Hayom Rumbaka
87. Tommy Sugiarto
92. Ari Yuli Wahyu Hartanto (-1)
94. Andreas Adityawarman (-1)

Tunggal Putri
20. Adrianti Firdasari
21. Maria Febe Kusumastuti
37. Maria Kristin Yulianti
53. Pia Zebadiah Bernadet (+1)
60. Rosaria Yusfin Pungkasari
69. Fransiska Ratnasari
78. Maria Elfira Christina

Ganda Putra
1. Markis Kido/Hendra Setiawan
8. Alvent Yulianto CHandra/Hendra Aprida Gunawan
10. Ahsan Mohammad/Bona Septano (-1)
12. Rian Sukmawan/Yonathan Suryatama Dasuki
36. Lingga Lie/Fernando Kurniawan
40. Afiat Yuris Wirawan/Wifqi Windarto
52. Rendra Wijaya/Fran Kurniawan (+2)
64. Candra Wijaya/Tony Gunawan [INA/USA] (+1)
73. Luluk Hadiyanto/Joko Riyadi
86. Joko Riyadi/Candra Wijaya (+1)
92. Hendra Aprida Gunawan/Joko Riyadi (+1)

Ganda Putri
9. Shendy Puspa Irawati/Meiliana Jauhari
10. Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari
28. Liliyana Natsir/Vita Marissa
36. Annisa Wahyuni/Anneke Feinya Agustin
54. Nadya Melati/Vita Marissa (+1)
57. Rani Mundiasti/Jo Novita
60. Debby Susanto/Pia Zebadiah Bernadet
69. Dewi Komala/Keshya Nurvita Hanadia (+17)
78. Lita Nurlita/Endang Nursugianti (-2)
85. Vita Marissa/Mona Santoso (-3)

Ganda Campuran
3. Nova Widianto/Liliyana Natsir
17. Devin Lahardi Fitriawan/Lita Nurlita (+1)
25. Hendra Aprida Gunawan/Vita Marissa (-1)
31. Flandy Limpele/Anastasia Russkikh [INA/RUS]
34. Muhammad Rijal/Vita Marissa
47. Ahmad Tontowi/Richi Dili Puspita
48. Fran Kurniawan/Pia Zebadiah Bernadet
49. Fran Kurniawan/Shendy Puspa IRAWATI
52. Rendra Wijaya/Meiliana JAUHARI
57. Muhammad Rijal/Debby Susanto
59. Flandy Limpele/Greysia Polii
87. Flandy Limpele/Vita Marissa
93. Endang Nursugianti/Anggun Nugroho (-1)
98. Muhammad Ulinnuha/Jenna Gozali (Baru)

Catatan:
( – ) : turun peringkat
(+) : naik peringkat
(Baru) : minggu lalu tidak masuk 100

“Kekuatan Gempa Masih Ada 8,8 SR”

VIVAnews – GEMPA 7,6 skala ritcher menguncang Padang dan Pariaman. Ratusan orang tewas, puluhan rumah ambruk dan rusak berat. Riset gempa menyebutkan masih ada sisa energi tektonik yang bertumpuk di Mentawai. Lantas bagaimana proses terjadinya gempa di Padang? Daerah mana saja di Indonesia rawan gempa? Berikut wawancara wartawan VIVAnews, Indra Dharmawan, dengan ahli paleotsunami Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Danny Hilman Natawidjaya.



Bisa Anda ceritakan tentang gempa di Pariaman dan Jambi. Mengapa terjadi hampir bersamaan?

Dua gempa tersebut tidak ada keterkaitan sumber. Yang dekat Padang adalah gempa berasal dari patahan aktif pada lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Pulau Sumatra, dan yang di barat Jambi terjadi pada Patahan Sumatra yang membelah wilayah bukit barisan. Meskipun mungkin saja gelombang seismik dari gempa Padang punya kontribusi memicu gempa pada patahan Sumatra tersebut karena kebetulan segmen tersebut sudah penuh terisi akumulasi tekanan tektonik.



Anda telah mendeteksi kemungkinan gempa di sekitar Padang jauh-jauh hari. Apa dasar perkiraan Anda saat itu?

Kami dari Tim Peneliti gempa LabEarth LIPI dan Tim Prof. Kerry Sieh yang sekarang di Earth Obervatory of Singapore, NTU sudah mulai meneliti sumber-sumber gempa bumi di Sumatera sejak tahun 1990 sehingga karakteristik kegempaan di Sumatera sudah cukup diketahui. Data dan analisis yang kami lakukan, utamanya ada 5 macam.



Pertama, sejarah kegempaan dari catatan dan laporan dulu. Kedua, pemetaan patahan-patahan gempa terutama untuk di darat, yaitu Patahan Sumatra. Ketiga, data seismologi. Keempat, pengukuran turun naiknya pulau-pulau di Mentawai dari terumbu karang. Ada tipe terumbu karang yang kita sebut mikroatol, yang pola pertumbuhannya sangat sensitif terhadap perubahan muka laut. Mereka bisa merekam pergerakan turun naiknya pantai. Kelima, jaringan pemantau pergerakan mukabumi continuous GPS (Global Positioning System) yang sudah mulai kami pasang sejak 2002. Jaringan ini kami namakan SuGAr (Sumatran GPS Array).



Apa yang bisa dicatat dari pengamatan atas mikroatol itu?

Dari penelitian koral mikroatol kami dapat merekonstruksi siklus gempa besar di (zona subduksi) Mentawai sejak 100 tahun lalu. Menurut rekonstruksi siklus tersebut periode ulangnya sekitar 200 tahunan. Periode gempa-gempa besar terakhir terjadi tahun 1797 dan 1833. Menariknya pelepasan akumulasi tektonik di akhir siklus gempa tersebut hampir selalu berupa kejadian gempa besar lebih dari satu kali. Nah sejak gempa besar kembar tahun 1797 & 1833 tersebut status “zona subduksi” (atau biasa disebut juga sebagai “megathrust”) dari segmen Mentawai adalah sudah di siklus akhir. Gempa megathrust yang terjadi pada bulan September 2007 bisa dianggap sebagai permulaan periode pelepasan tekanan tektonik tersebut.



Apa saja alasan memperkuat perkiraan itu?

Dari hasil kalkulasi kami, gempa 2007 tersebut hanya melepaskan tidak lebih dari 1/3 jumlah energi tekanan tektonik yang terakumulasi di Mentawai. Dengan kata lain masih ada sekitar 2/3 lagi yang tersimpan. Apabila yang 2/3 ini dilepaskan sekaligus maka bisa menghasilkan gempa dengan kekuatan sampai 8,8 SR (energinya kurang lebih 30x lebih besar dari gempa yang baru terjadi).



Lokasi dan jumlah dari energi, atau tekanan tektonik di bawah Mentawai dapat dihitung dari data yang kami peroleh dari SuGAr tersebut. Pada prinsipnya pergerakan relatif Lempeng Indo-Australia terhadap Sumatra dapat diketahui dari Jaringan GPS SuGAr yang kami pasang. Kemudian dari data SuGAr (pergerakan muka bumi di Kep. Mentawai –Batu-Nias-Simeulue dan pantai barat Sumatra) kami bisa memodelkan berapa banyak pergerakan relatif antar lempeng bumi ini diakumulasi menjadi tabungan energi (regangan) pada batas lempengnya, yaitu zona megathrust tadi.



Hasil penelitian kami ini sudah banyak dipublikasikan sebagai makalah-makalah ilmiah di berbagai International Journal bergengsi seperti Science, Nature, Journal of Geophysical Research dan lainnya. Data dan pengetahuan sumber, dan siklus gempa di Sumatra ini boleh dibilang sudah dianggap menjadi salah satu sumber referensi yang terbaik di kalangan para ahli gempa di dunia.



Metode apa yang Anda pergunakan dalam memperkirakan terjadinya gempa di masa depan? Apakah metode tersebut lebih akurat ketimbang metode penelitian sedimen? Apakah ada metode-metode lain yang lebih canggih yang tengah berkembang?

Metoda koral mikroatol ini (disebut juga sebagai paleogeodesi) jauh lebih baik dari yang dengan mempergunakan sedimen (paleoseismologi/paleotsunami). Akurasi dan kekomplitan datanya tidak ada bandingannya diantara metode geologi untuk meneliti sejarah gempa. Masalahnya, mikroatol ini tidak hidup/tumbuh disemua tempat. Hanya kebetulan mikroatol ini banyak sekali hidup di pulau-pulau di wilayah barat Sumatra ini, dan lebih beruntungnya pulau-pulau ini letaknya persis di atas sumber gempa megathrust ingin kami teliti. Itulah kelebihan metoda kami dan keunikan dari wilayah barat Sumatra.



Metoda cGPS ini umum diakui dikalangan peneliti gempa sebagai alat modern yang sangat powerfull untuk merekam proses gempabumi. Kelebihannya dibandingkan seismometer adalah GPS dapat merekam proses tektonik pada periode antar gempa (selagi terjadi pengumpulan tekanan tektonk) sedangkan seismometer hanya mendeteksi/merekam kejadian gempanya saja (yaitu ketika patahan melepaskan akumulasi tekanan tektoniknya). Meskipun demikian dua metoda ini punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing.



Untuk peralatan modern: mainstreamnya adalah peralatan seismometer dan GPS. Metode yang cukup umum dipakai terutama untuk prediksi medium to short term adalah strain meter (di Indonesia belum dipasang). Masih ada tentunya metoda lain seperti dengan electromagnetic, gravitasi, pengukuran muka air tanah dan sebagainya. Untuk geologi yang biasa dipakai adalah: paleoseismologi, paleotsunami, dan paleogeodesi.



Perlu ditekankan bahwa saat ini belum ada satu pun metode di dunia yang sudah valid bisa meramal kapan tepat waktunya gempa akan terjadi (short-term prediction). Umumnya kami lebih mengkaji ke arah “intermediate to long-term prediction”. Siapapun yang mengaku dapat meramal kapan terjadinya gempa bahkan sampai menyebut tanggal pasti bohong atau omong kosong atau tidak berdasarkan sains.



Apa benar daerah Padang sudah mengalami interlock dua lempeng Eurasia dan Australia sejak lama? Berapa lama gempa bisa terjadi sejak terjadinya interlock?

Bidang batas lempeng (pada zona subduksi dua lempeng) ini punya sifat (daya rekat) berbeda-beda segmen satu dengan yang lainnya. Ada yang 100 persen, tapi ada juga yang 0 persen. Arti 0 persen adalah tidak ada akumulasi tekanan tektonik. Jadi, tidak akan ada gempa di segmen ini. Lamanya periode “interlock” atau bisa dibilang juga sebagai periode antar gempa atau bahasa ilmiahnya “interseismic period” bisa puluhan sampai ribuan tahun tergantung dari “degree of locking” dan ukuran/panjang dari segmentasi-nya. Untuk Sumatra setiap segmennya tipikal memunyai perioda interlock ratusan tahun untuk gempa 8SR atau lebih besar.



Apakah bisa diceritakan hasil riset gempa yang Anda lakukan di sekitar Mentawai-Sumatera Barat?

Sudah banyak disinggung di atas. Riset ini sudah dimulai sejak tahun 1990-an, merupakan kerjasama riset antara Puslit Geoteknologi LIPI dan Tectonic Observatory/Seismological Laboratory Caltech (California Instutute of Technology, USA). Sebagian dari riset ini merupakan bahan disertasi Ph.D saya di Caltech dari tahun 1995-2003. Caltech adalah universitas/institusi sangat ternama di dunia dalam penelitian gempa. Salah satu pendiri seismological laboratory di Caltech adalah Prof. Charles Richter, yang namanya sekarang kerap dipakai untuk skala kekuatan gempa. Pembimbing utama saya adalah Prof. Kerry Sieh, ahli earthquake geology ternama di dunia, yang sekarang mendirikan institusi baru di Singapore, yaitu Earth Observatory of Singapore di Nanjang Technological University. Sponsor utamanya dari NSF (National Science Foundation USA) dan Caltech sendiri. Sebagian dana juga didapat dari LIPI dan RISTEK (melalui RUTI).



Dalam tiga tahun terakhir ini kami (LIPI) juga bekerjasama dengan tim seismologist dari Cambridge dan Liverpool Univ (UK) dan GFZ (Germany) untuk pemasangan jaringan survei seismik di Sumatra (juga bekerjasama dengan BMKG dalam hal ini). Studi ini baru berakhir tahun lalu, datanya masih terus intensif kami analisa. Ada satu hal menarik: dari data seismik ini kami terheran-heran melihat demikian banyak aktifitas gempa di bagian utara Patahan Sumatra (dari khatulistiwa ke Utara), tapi bagian selatannya sepi sekali. Dalam diskusi tim, saya katakan agak ngeri melihat “kesenyapan gempa” di bagian selatan ini karena seringkali patahan gempa itu lebih terkunci penuh tatkala sudah siap memuntahkan tekanan tektoniknya sehingga “sepi”. Dan itu yang terjadi di barat Jambi, yaitu gempa 6.8SR di Patahan Sumatra. “Perioda Kesenyapan” ini biasa disebut sebagai “seismic gap” salah satu pertanda wilayah yang berpotensi gempa.



Apakah hasil riset sudah berhasil melakukan modeling untuk menduga gempa di daerah lain?

Kami sudah memulai penelitian gempabumi untuk wilayah lainnya, khususnya Jawa-Bali-NTT dalam beberapa tahun terakhir tapi se-intensif seperti yang dlakukan di Sumatra.



Setelah Padang, apakah Anda sudah memiliki data daerah lain yang sudah mengkhawatirkan?

Ya, banyak sekali wilayah di Indonesia yang rawan gempa dan tsunami. Indonesia Timur (Irian dan Maluku) itu potensi bahaya gempa dan tsunaminya dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan Sumatra, hanya memang populasi dan infrastruktur di sana masih rendah sehingga tingkat risiko bencana-nya jadi lebih rendah.

Gempa Tak Kunjung Sudah

Patahan bumi di Mentawai menyimpan energi besar. Tak selesai dalam satu hentakan.
Jum'at, 2 Oktober 2009, 19:20 WIB
Edy Haryadi







Gempa di Kota Padang : Anak-anak (AP Photo/Achmad Ibrahim)



Kepanikan Warga Saat Gempa


TINGGAL seperempat jam lagi kelas itu usai. Sejumlah remaja tanggung masih takzim menyimak pelajaran di gedung bimbingan belajar itu. Langit menjelang senja di Padang, pada Rabu, 30 Oktober 2009.

Tiba-tiba bumi bergetar. Guncangan kian keras. Gedung tiga lantai itu berayun makin kencang. Detik selanjutnya: dinding terbelah. Lantainya pecah. Dalam sekejap, bangunan beton itu ambruk. Jam menunjuk pukul 17.16.

Setelah gempa itu usai, sejumlah orang bergegas membantu korban. Tak terdengar ada suara dari celah reruntuhan itu. Puluhan pelajar telah terkubur. Tak jelas apakah mereka bertahan hidup atau tidak.

Seorang ayah meratap setelah menatap onggokan puing-puing bekas gedung bimbingan belajar itu.  Samsir termangu. Putrinya, Audita, terperangkap di gundukan puing. “Saya pasrah,” ujar Samsir, ayah Audita.

Putrinya baru kelas dua SMP, dan belajar di tempat naas itu. Ketika bantuan alat-alat berat penyingkir puing datang, dia hanya berharap Audita bisa selamat.

***

Gempa 7,6 Skala Richter melantak Padang dan Pariaman, meratakan sedikitnya 2.500 rumah, 4 rumah sakit, puluhan gedung, dan sejumlah hotel. Lebih separuh perkantoran rusak berat. Bila tak ambles, pasti retak. Pusat gempa berada di arah 57 kilometer barat daya Pariaman, Sumatera Barat. Kedalamannya 71 Km.

Korban jiwa terus bertambah. Sampai Jumat malam, pemerintah setempat menaksir 777 tewas. Versi lain menyebut angka lebih besar. "Yang tewas mencapai 1.100 orang,” kata Ketua Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Urusan Kemanusiaan, John Holmes, di Padang, Sumatera Barat.  Korban luka parah ditaksir sekitar 440 orang.

Tentu, angka akhir bisa bertambah. Soalnya, sampai Jumat malam, para korban tertimbun runtuhan gedung masih coba diselamatkan. Mereka tersebar di sejumlah titik. Sebagian di wilayah Marapalam, Padang. Ada yang terperangkap di reruntuhan Adira Finance Sawahan, dan ruko sekitarnya.

Sejumlah pelajar tadi, misalnya, terbenam di reruntuhan Gedung Bimbingan Belajar Gama. Ada juga korban terperangkap ruko di Simpang Haru. Sejumlah korban tertindih di bawah puing-puing mesjid Nurul Imam Padang, Apotik Sari depan Nurul Imam, BII Sudirman, dan PT AGD di Bypass Padang.

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana melansir 220 orang dilaporkan tewas. Rinciannya, 144 orang meninggal di Kota Padang. Lalu, 62 korban tewas di Kabupaten Padang Pariaman, dan terakhir ada 14 korban meninggal di Kota Pariaman
***

Gempa besar di dekat Padang Pariaman, Sumatera Barat itu adalah kesekian kali terjadi dalam satu bulan. Guncangan bumi itu sesungguhnya dialami di sejumlah wilayah Indonesia, dengan kekuatan bervariasi.

Selama September 2009, misalnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat lebih dari 30 kali gempa terjadi di atas 5 Skala Richter (SR).
Kekuatan terbesar di antaranya mengguncang Tasikmalaya (7,3 SR), Yogyakarta (6,8 SR), Tolitoli (6,0 SR), Nusa Dua (6,4 SR), Ternate (6,4 SR) dan Padang Pariaman (7,6 SR).

Kerapnya goyangan gempa belakangan ini, menurut Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, akibat penunjaman lempeng tektonik Samudera Hindia di bawah lempeng Asia di Pantai Barat Sumatera. “Ini dinamika lapisan bumi”, ujar Kepala Badan Geologi di departemen itu, R. Sukhyar.

Di wilayah Pariaman, penunjaman lempeng itu tampaknya melepaskan energi besar. “Hampir 30 kali lipat gempa di Yogyakarta,” ujar Kepala Pusat Vulkonologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono membandingkan gempa di Yogyakarta tiga tahun silam.

Setelah Aceh digetarkan gempa 9,1 Skala Richter, dan membangkitkan ombak gergasi tsunami, kawasan pantai barat Pulau Sumatera itu dinyatakan rawan gesekan lempengan bumi.

Tapi, kata Surono, meskipun sering dilanda gempa, bencana alam itu tak bisa diramal kedatangannya. "Alam tidak bisa seperti itu, sulit diprediksi," kata dia. Gempa di Sumatera, Surono melanjutkan, sama dengan Gempa Garut. Guncangan terjadi akibat bergesernya lempeng Indo-Australia dan Eurasia, bukan karena aktifnya cincin api.

Terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia, Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik, Indonesia ditakdirkan hidup dengan ancaman gempa. Di lapisan bumi, lempeng itu saling bergerak, dan bertumbukan.

Jejak gempa pun bisa ditelisik dari jalur pertemuan antar lempeng. Misalnya, lempeng Eurasia dan Indo-Australia, bertumbukan di lepas pantai barat Pulau Sumatera. Lalu di lepas pantai selatan pulau Jawa, lepas pantai selatan kepulauan Nusatenggara, dan berbelok ke arah utara ke perairan Maluku sebelah selatan.

Antara lempeng Indo-Australia dan Pasifik terjadi tumbukan di sekitar pulau Papua. Sementara pertemuan antara ketiga lempeng itu terjadi di sekitar Sulawesi. Itu sebabnya, pulau-pulau di sekitar pertemuan tiga lempeng itu kerap diterjang gempa.

Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Lempeng Eurasia bergerak sangat lambat ke arah tenggara. Kecepatannya 0,4 sentimeter per tahun. Lempeng samudera Indo-Australia bergerak ke utara. Kecepatannya tujuh sentimeter per tahun. Lempeng tercepat adalah Samudera Pasifik. Dia bergerak 11 cm per tahun ke arah barat.

***

Pergerakan bumi itu memang tak kasat mata.  Tapi, satu metode disebut koral mikroatol, tampaknya bisa merekam turun naiknya permukaan bumi akibat pergerakan lempeng tadi. Mikroatol tadi, secara alamiah, meninggalkan bekas ketinggian air laut pada sedimennya.

Pulau Sumatera beruntung punya banyak mikroatol di sepanjang pantainya.  “Ini penting untuk meneliti sejarah gempa,” ujar  Dr Danny Hilman Natawidjaya, Ahli paleotsunami Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Dari penelitian koral mikroatol, kata Danny,  bisa direkonstruksi siklus gempa besar di Mentawai sejak 100 tahun lalu. Menurut rekonstruksi siklus itu, periode ulangnya sekitar 200 tahunan 

Berdasarkan riset itulah, dia mengingatkan adanya potensi guncangan lebih besar dari gempa di Padang Pariaman, Sumatera Barat (lihat wawancara).  "Kekuatannya kira-kira 8,8 SR,” ujarnya.  Gawatnya, energi yang tersimpan 30 kali lebih besar dari gempa Padang.

Pusat gempa itu, kata Danny, diperkirakan di segmen Mentawai, Sumatera Barat. Catatan lain, Gempa Padang tidak mengurangi potensi pelepasan energi di segmen Mentawai. Peristiwa itu justru memicu pelepasan energi lebih cepat.

Watak gempa di Sumatera, Danny melanjutkan, sudah diketahui. Apalagi Tim Peneliti gempa dari LabEarth LIPI dan Tim Prof. Kerry Sieh dari Earth Observatory of Singapore, NTU sudah meneliti sumber-sumber gempa di Sumatera sejak 1990.

Dalam catatan mereka, periode gempa besar terakhir terjadi tahun 1797, dan 1833. Menariknya, kata dia, pelepasan akumulasi tektonik di akhir siklus gempa itu hampir selalu berupa kejadian gempa besar lebih dari satu kali.

Nah, sejak gempa besar kembar tahun 1797 dan 1833 itu, status “zona subduksi” (atau biasa disebut juga sebagai “megathrust”) dari segmen Mentawai sudah berada di siklus akhir.

Para ahli menyimpulkan gempa pada September 2007 adalah awal periode pelepasan tekanan tektonik.  Itu pun tak tuntas. “Gempa 2007 hanya melepaskan sepertiga energi tekanan tektonik yang terakumulasi di Mentawai," kata Danny.

Artinya, masih ada dua pertiga energi lagi yang tersimpan.  Jika sisa energi ini meletup sekaligus, Padang dan sekitarnya terancam gempa berkekuatan sampai 8,8 SR.
Tentu, ini bukan kabar gembira.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Silahkan isi buku tamu di sini....
Cute Pencil

Updates Via E-Mail

Cloud Labels

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani